Sesuai dengan judulnya siapa diantara Anda yang ingin menjadi influencer? sebenarnya influencer ini artinya itu bukan seorang yang punya banyak follower, bukan seseorang yang pekerjaannya di media sosial. Tapi influencer adalah orang yang punya bakat dan melalui bakat itu bisa memberikan efek yang positif kepada orang sekitar dan juga memberi dampak positif kepada banyak orang. Kenapa? Karena melalui orang tersebutlah banyak orang memiliki harapan bahwa dengan bakatnya dia bisa diakui di media sosial.
Perbedaan Buzzer dan Influencer
Dalam kampanye digital kita acapkali mendengar istilah buzzer dan influencer. Pakar bahasa yang selalu aktif di media sosial mengartikan istilah Buzzer kedalam bahasa Indonesia sebagai “Pendengung” sedangkan istilah influencer sendiri diartikan sebagai “Pengaruh”. Baik Buzzer maupun influencer sama-sama dibutuhkan untuk meraih hati banyak pengguna sosial media. Namun sebetulnya Buzzer dan Influencer adalah dua hal yang berbeda kelas dan karakter. Apakah perbedaan keduanya? Buzzer selanjutnya kita sebut Buzzer lebih tepat diartikan sebagai orang yang sering membicarakan produk layanan atau frame dengan tujuan positif. Tujuannya agar publik mengenal produk layanan brand tersebut dan tertarik untuk membeli atau setidaknya mencobanya.
Karakter Buzzer
Maraknya bahasa politik yang muncul belakangan ini menyebabkan istilah Buzzer seakan-akan berkonotasi negatif. Padahal tidak demikian adanya. Saat ini tidak hanya perusahaan besar saja yang memanfaatkan Buzzer untuk membangun awareness produk atau layanan. Perusahaan kecil pun banyak yang menggunakannya semisal Instagram, banyak perusahaan atau brand yang endorse akun-akun berpengaruh untuk menggunakan produknya.
Buzzer berlaku seperti sebuah speaker atau bel yang berfungsi untuk mendengungkan potongan-potongan informasi agar lebih banyak orang yang menerima atau mendengarkan informasi tersebut berulang-ulang. Karakter Buzzer memang harus cerewet saat membicarakan sebuah produk yang sedang diulas melalui akun masing-masing. Buzzer juga tidak melulu berupa akun media sosial yang followersnya banyak.
Karakter Influencer
Berbeda dengan Buzzer, seorang Influencer justru harus mempunyai banyak followers dan memiliki pengaruh yang kuat dan besar di bidangnya. Seorang influencer tidak perlu cerewet seperti Buzzer. Ia cukup sekali atau dua kali memberikan testimoni yang dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan banyak followersnya yang mengingatkan atau tertarik untuk membahas produk atau layanan yang sama.
Contoh Influencer misalnya akun Instagram milik Dian Sastro yang saat artikel ini ditulis mempunyai 5,5 juta followers. Orang mengenal Dian Sastro Sebagai public figure, aktris dan pengusaha yang rupawan dengan segala hal yang dipakainya. Dalam beberapa postingannya, sekali waktu ia pernah mengendorse sebuah merek produk kecantikan. Namun pada kesempatan yang lain ia mengendus merk baju yang sedang dikenakannya.
Dian Sastro tidak perlu mempromosikan produk yang diapakainya berkali-kali namun, ia membiarkan followersnya terus membicarakan produknya tersebut hingga mencapai puluhan ribu komentar. Sebuah akun Buzzer bisa saja hanya memiliki kurang dari 100 ribu follower, sedangkan sebuah akun Influencer wajib mempunyai jumlah followers di angka 100 ribu ke atas agar lebih efektif. Seorang klien bisa menggunakan beberapa buzzer.
Bagi UKM yang tidak memiliki alokasi budget yang cukup besar layaknya brand atau perusahaan besar, Buzzer sangat membantu mereka untuk tingkatkan keterjangkauan dan kepedulian. Tarif yang dipatok seorang Buzzer pun tak semahal tarif influencer. Hal itu disebabkan karena Buzzer lebih banyak bekerja dengan target kuantitas sementara Influencer lebih mementingkan target kualitas. Nah itu tadi pembahasan apa itu Buzzer dan apa itu Influencer, serta perbedaan keduanya.