Saat melalui jalur Nagreg hingga Garut, Jawa Barat, perhatian pelintas jalan dipastikan akan tercuri oleh sosok rumah makan khas Sunda dengan ikon stroberi mencolok. Tak cuma satu, tapi ada tujuh restoran menyebar di kawasan yang menjadi penghubung Bandung dan kawasan selatan Pulau Jawa itu. Istimewanya, semuanya selalu ramai meski letaknya tak jauh satu sama lain. Bahkan, pada puncak keramaian, para pengunjung harus mengantre untuk bisa menikmati nasi liwet khas Sunda sambil melihat pemandangan elok kebun stroberi.
Pemiliknya yang sama sekali tak punya latar belakang di bidang kuliner merintis bisnisnya pada 2005 dari rumah makan sederhana. Kini Rumah Makan Asep Stroberi yang dilengkapi pemancingan, kebun stroberi, hingga produk olahan stroberi yang diperoleh dari kebunnya. Sebelum bergelut di dunia kuliner, pria kelahiran Tasikmalaya 43 tahun lalu itu adalah alumnus Jurusan Seni Rupa IKIP Bandung, sekarang Universitas Pendidikan Indonesia.
Asep selalu mendapat beasiswa dari bangku SMK hingga kuliah. Semual orangtua Asep berharap putra sulungnya itu menjadi guru agar kelak berpenghasilan tetap untuk membantu ekonomi keluarga yang kala itu serba kurang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama empat tahun kuliah, Asep juga bekerja melayani jasa sablon dan pembuatan baliho. Tinggal jauh dari orangtua pun memaksa Asep harus memasak sendiri setiap hari. Karena sejak kecil sudah biasa masak nasi liwet bersama orangtua, setiap hari saya pasti masak nasi liwet untuk makan.
Lulus kuliah Asep mencari peruntungan dengan bekerja di bidang desain interior. Saat itu Asep diminta mengelola tanah kosong di daerah Nagreg. Keindahan alamnya membuat Asep semakin kerasan bekerja di sana sehingga ia kemudian membangun sebuah rumah sederhana.
Kebiasaan memasak nasi liwet sejak kecil pun masih melekat saat tinggal dan bekerja di sana. Tak jauh dari tempat tinggalnya, seorang kontraktor di sana lewat dan mencium aroma sedap nasi liwet buatan Asep. Ia menyambangi Asep lalu mengajak 75 orang untuk makan nasi liwet di sana esoknya.
Peristiwa itulah yang mencetuskan ide Asep mendirikan rumah makan dengan menu andalan nasi liwet. Nama Asep Stroberi dipilih karena ia menyukai keindahan dari kebun stroberi yang ia temui di sekitar lokasi rumah makan pertamanya di Nagreg.
Awalnya dengan modal Rp 15 juta yang ia dapat dari proyek terdahulu, ia membeli tanah dan memperluas rumah makannya. Setiap mendapat untung, ia selalu berusaha memperluas area rumah makannya. Berkat rumah makan sederhana itu pula ia menikah dengan istrinya yang merupakan karyawan pertamanya.
Melalui perjuangan dan proses yang cukup panjang, Rumah Makan Asep Stroberi kini memiliki total sekitar 500 karyawan dari semua cabangnya. Sejak 2010, Asep memiliki tradisi memberangkatkan 15 karyawannya ibadah umrah setiap tahunnya.
Karier Asep di dunia kuliner kini sangat bertolak belakang dengan keinginan awal orangtua yang menginginkannya berprofesi sebagai guru. Namun, Asep mengatakan dirinya selalu ingin membahagiakan orangtuanya. Yang paling ia ingat ialah saat pertama kalinya membiayai orangtua naik haji dari hasil rumah makannya, Rumah Makan Asep Stroberi.