Tips atau Cara Menanggapi Pemberitaan Media yang Akan Merugikan Nama Baik

Pemberitaan dan informasi sangat mudah didapatkan saat Anda berselancar di media sosial online. Bahkan dengan judul dan kata kunci yang mirip dapat muncul di beranda. Sehingga untuk membedakan mana yang merugikan mana yang tidak, tidak mudah dilakukan.

Bahkan jika pemberitaan itu mengarah pada pencemaran nama baik suatu organisasi atau individu. Maka untuk menanggapi ini diperlukan cara yang tepat. Cara menanggapi pemberitaan media yang akan merugikan dapat Anda lakukan dengan tips berikut ini.

1. Catat dan Dokumentasikan Terlebih Dahulu Informasi

Pemberitaan media sosial online yang merugikan tentang diri seseorang dapat menyulut emosi. Sehingga tindakan gegabah tanpa adanya klarifikasi terlebih dahulu dapat berakibat fatal.

Jika ditemukan pemberitaan yang kurang tepat dan merugikan, segeralah untuk mendokumentasikannya terlebih dahulu. Hal ini untuk menyimpan bukti jika suatu saat media online kedapatan terbongkar dan menghilangkan jejaknya.

Ketika Anda memiliki bukti, pelaporan dapat diproses. Hal ini telah melanggar hukum yang diatur dalam undang-undang ITE, terkait mengganggu kenyamanan yang tidak sesuai dengan tujuan dari ITE itu sendiri.

2. Klarifikasi Identitas Penulis Informasi

Setelah Anda mendokumentasikan bukti, Anda dapat menelusuri terlebih dahulu informasi yang tersebar. Ini merupakan bagian dari cara menanggapi pemberitaan media. Anda dapat mengecek identitas penulis atau pembuatnya.

Identitas penulis merupakan bagian dari credit title. Hal ini merupakan penanggung jawab isi konten. Jika media mampu menunjukkan identitas secara benar, maka media tersebut media professional dan bisa dipertanggungjawabkan.

Namun jika menunjukkan identitas yang cenderung anonimous, maka pemberitaan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Karena identitas tidak jelas. Anda perlu berhati-hati dan segera mendokumentasikan sebagai bukti.

3. Klarifikasi Tanggal Pembuatan Konten

Klarifikasi yang kedua sebagai cara menanggapi pemberitaan media, ialah melihat sejak tanggal berapa tulisan di-posting. Penulisan ulang yang profesional tetap akan menunjukkan kutipan data tanggal asli. Sehingga tidak menutupi data sebenarnya.

Bahkan jika Anda menemukan informasi yang sama, hanya sedikit perbedaan judul. Anda dapat mengecek tanggal postingan beberapa judul yang sama. Tanggal yang lebih lama, menunjukkan informasi pertama. Jika telah menemukan tanggal, baru Anda cek kelengkapan isinya.

4. Mengecek Domain atau Alamat yang Digunakan Web

Situs resmi memiliki domain atau alamat sesuai dengan isi yang disajikan. Misalnya domain negara Indonesia menggunakan .id, sedangkan Singapura menggunakan .sg, dan lainnya akan berbeda lagi sesuai dengan identitas dan geografis.

Sedangkan untuk Generik Top Level Domain (GTLD) merupakan domain yang sering digunakan oleh banyak orang di dunia. Pada GTLD ini Anda perlu mengecek kesesuaian isi dan domain. Jenis yang dipakai biasanya lebih banyak dari blogger, dengan domain .com, .org, .edu, .coop, dan banyak lainnya.

Mengapa perlu mengecek domain dari jenis GTLD? Karena ini bagian dari cara menanggapi pemberitaan media. Sebab domain resmi akan menyesuaikan apa yang disajikan. Sebaiknya Anda lebih percaya pada Top Level Domain (TLD) Indonesia. Karena TLD ini tidak boleh dipakai oleh sembarang orang.

TLD diatur oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia). Pendaftar domain ini harus melengkapi KTP, Surat Izin Usaha, dan lainnya. Mengingat TLD ini bukanlah untuk kepentingan pribadi. Pengelolaan memiliki kredibilitas. Jenis domainnya meliputi, .ac.id, .co.id, or.id, sch.id, dan .go.id.

5. Jangan Mudah Percaya dengan Adanya Gambar atau Foto Dokumentasi

Maraknya pemberitaan yang merugikan tidak menyurutkan media yang tidak profesional memberikan gambar atau bukti foto. Dalam hal ini, keberadaan foto lebih memberikan pengaruh terhadap tulisan. Masyarakat menjadi lebih percaya.

Sementara itu, jasa editing dan desain profesional dapat mengubah visualisasi gambar asli. Oleh karena itu, cara menanggapi pemberitaan media yang menyediakan gambar sebagai bukti pendukung, Anda bisa melakukan cek di Ekstensi Reverse Image Search atau di Google Lens.

Selain itu, Anda juga dapat mengecek gambar secara langsung dengan ada tidaknya keterangan sumber perolehan gambar. Keterangan sumber akan menunjukkan berasal dari mana gambar diperoleh. Kemudian Anda dapat cek sesuai keterangan.

Di samping itu, ada yang tidak menggunakan sumber. Maka Anda perlu berhati-hati. Dari hal ini Anda perlu mencari ulang informasi dengan kata kunci yang sama. Jika di dalam informasi lainnya Anda menemukan gambar serupa dengan berbeda informasi, maka gambar tidak asli.

6. Adanya Fakta dan Bukti Data

Selain gambar, Anda perlu mewaspadai informasi dengan munculnya data tanpa disertai keterangan yang jelas. Fakta dan data yang valid biasanya bersumber dari penelitian. Jika Anda menjumpai informasi dengan pernyataan data yang meragukan, maka perlu dicek.

Cara menanggapi pemberitaan media tersebut ialah perlunya klarifikasi kepada pihak resmi peneliti. Dalam bermedia sosial, Anda cukup mudah mencari dengan mengetik kata kunci permasalahan yang sedang dibahas dan lembaga yang biasanya menangani. Selanjutnya pilih lembaga resmi sesuai domain TLD.

7. Bersifat Subjektif atau Bahasa Persuasif

Jika sebelumnya fakta dan data sebagai bukti, terkadang bahasa persuasif ikut memprovokasi pembacanya untuk ikut percaya atau ikut serta kegiatan. Oleh karena itu, jika menjumpai hal ini perlu diwaspadai.

Media online termasuk bagian dari jurnalistik ada yang termasuk dalam jenis jurnalistik kuning. Pada jenis ini, bahasa yang ditampilkan cenderung subjektif dan sensasional. Padahal, secara kode etik Jurnalistik harus menampilkan informasi secara transparan.

Jika menemukan informasi dengan sekali baca judul, dengan bahasa sensasional. Maka cara menanggapi pemberitaan medianya ialah dengan tidak menghiraukan berita semacam itu. Semakin Anda hiraukan, maka secara tidak langsung bahasa yang Anda cerna terikutkan.

Ketujuh cara menanggapi pemberitaan media tersebut layaknya diperhatikan betul. Mengingat kepentingan orang dalam menggunakan media sosial sangat beragam. Jangan sampai Anda hanyut pada kepentingan pribadi, sehingga merugikan banyak orang. Maka bijak dan selektiflah dalam bermedia.

Bagikan Artikel